Menanamkan Nilai Luhur Sejak Dini di Rumah Qur’an Ruhama dengan Mengajarkan Anak Meminta Maaf dan Memaafkan
Di tengah dunia yang semakin kompetitif dan individualis, mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan menjadi langkah penting dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia. Di Rumah Qur’an Ruhama, nilai ini tidak hanya diajarkan sebagai teori, tetapi ditanamkan dalam praktik keseharian santri sejak dini.
Sebagai lembaga pembinaan Qur’ani yang setiap malam dipenuhi suara anak-anak belajar selepas Maghrib, Ruhama menghadapi banyak dinamika. Di usia anak yang menginjak remaja, atau bahkan ada yang belum sekolah, pertengkaran kecil, saling mengejek, dan berebut tempat duduk adalah hal yang wajar. Tapi dari situlah momen pendidikan karakter dimulai.
Ketika dua santri berselisih, pengajar tidak langsung memarahi atau menyuruh diam. Sebaliknya, mereka menengahi dengan bijak, lalu mengajak kedua anak itu saling bicara. Satu diminta menyampaikan apa yang dirasakan, yang lain diminta mendengarkan tanpa menyela. Setelah itu, mereka diajak belajar mengucapkan maaf dan saling memaafkan dengan sepenuh hati.
“Ucapkan: aku minta maaf ya, aku nggak sengaja dorong kamu.”
“Sekarang bilang: aku maafkan kamu, kita temenan lagi ya?”
Kalimat itu mungkin sederhana, tapi di dalamnya tertanam kekuatan luar biasa. Anak yang mampu meminta maaf tanpa dipaksa sedang belajar rendah hati. Anak yang memaafkan dengan tulus sedang melatih hatinya untuk lapang. Di saat itulah, pendidikan akhlak benar-benar terjadi bukan di buku, tapi di hati.
Pengajar di Rumah Qur’an Ruhama juga rutin menanamkan kisah-kisah Nabi dan sahabat yang penuh dengan nilai pemaafan. Misalnya, bagaimana Rasulullah memaafkan penduduk Thaif yang melempari beliau, atau bagaimana sahabat Abu Bakar memaafkan orang yang menyebarkan fitnah tentang anaknya. Dari cerita-cerita itu, anak-anak mulai belajar bahwa memaafkan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.
Meskipun sederhana, kebiasaan ini menjadi bagian dari pembentukan karakter santri. Mereka tidak hanya tumbuh sebagai anak yang pandai membaca Al-Qur’an, tetapi juga sebagai pribadi yang lembut hati, pemaaf, dan siap menjalani hidup dengan sikap lapang.
Salam Hangat
Rumah Qur’an Ruhama
Nurfaizah