Rumah Qur’an Ruhama Mendampingi Anak Aktif dengan Cinta dan Pemahaman
Anak-anak yang aktif sering kali dipandang sebagai anak nakal, sulit diatur, atau dianggap mengganggu suasana belajar. Padahal, di balik gerak mereka yang tak henti dan suara mereka yang riang, tersimpan potensi besar yang belum diarahkan dengan cara yang sesuai. Mereka bukan masalah yang harus dikendalikan, melainkan hanya anak-anak yang membutuhkan ruang untuk tumbuh, berekspresi, dan menemukan caranya sendiri dalam belajar dan berkembang.
Di Rumah Qur’an Ruhama, anak aktif bukan masalah. Mereka adalah kesempatan. Kesempatan untuk membina, membimbing, dan menyalurkan energi besar mereka ke arah yang bermanfaat, tanpa harus menekan atau memaksa mereka menjadi “anak pendiam” yang bukan dirinya.
Sebagai Rumah Qur’an yang setiap harinya menghadapi santri dengan berbagai karakter, Ruhama sangat memahami bahwa tidak semua anak bisa duduk tenang sepanjang waktu. Apalagi ketika kegiatan dilakukan di malam hari, setelah anak-anak seharian beraktivitas. Karena itu, pengajar di Ruhama tidak sekadar menyuruh diam, tetapi mengelola dinamika tersebut dengan pendekatan ramah anak.
Misalnya, saat ada santri yang terus bergerak, ustadz/ustadzah tidak langsung menyuruhnya keluar barisan. Sebaliknya, mereka diberikan tugas-tugas kecil seperti membagikan iqra, membantu merapikan sajadah, atau memimpin doa penutup. Anak yang aktif diberi peran, bukan diminta “diam dan menahan diri”. Dengan begitu, energi mereka tersalurkan secara positif, dan mereka merasa dipercaya serta dihargai.
Selain itu, kegiatan belajar juga diselingi dengan metode yang tidak monoton, kuis singkat, gerak-gerak ringan saat menghafal, atau memberi waktu istirahat sejenak bagi anak yang terlihat lelah. Metode ini bukan hanya menjaga konsentrasi, tapi juga membuat suasana belajar lebih bersahabat, terutama untuk anak-anak yang tidak bisa duduk diam terlalu lama.
Cara ini lahir dari pemahaman bahwa keaktifan anak bukan sebuah kesalahan, melainkan bentuk usaha mereka untuk mengekpresikan apa yang ada dalam pikirannya. Rumah Qur’an Ruhama percaya bahwa tugas pendidik bukan “menjinakkan” mereka, tetapi menyediakan ruang yang aman untuk tumbuh sesuai karakter masing-masing.
Dan benar saja, anak-anak yang awalnya paling ribut, sering kali justru menjadi santri yang paling semangat menghafal, paling cepat menyapa ustadz/ustadzah, dan paling peduli ketika temannya menangis. Energi mereka besar dan ketika diarahkan dengan cara yang bijak, mereka tumbuh menjadi anak yang aktif dan penuh empati.
Rumah Qur’an Ruhama memilih untuk tidak membanding-bandingkan anak, tidak merendahkan karakter aktif, dan tidak mematikan semangat hanya demi “ketenangan.” Sebab, ketenangan yang sebenarnya bukan ketika semua diam, tetapi ketika semua merasa diterima dan punya tempat untuk berkembang.
Salam Hangat
Rumah Qur’an Ruhama
Nurfaizah