Indramayu, 20 Mei 2025 – Di era modern yang serba cepat ini, menjadi seorang Muslim bukan hanya soal menjalankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Islam bukan sekadar rutinitas ibadah yang dilakukan tanpa pemahaman, melainkan jalan hidup yang harus terus relevan dan memberikan manfaat nyata bagi diri sendiri, masyarakat, bahkan dunia.
Sering kali, sebagian dari kita terjebak pada pemahaman bahwa menjadi Muslim cukup dengan memakai simbol-simbol keislaman atau mengikuti kebiasaan tertentu tanpa mengetahui makna di baliknya. Padahal, Islam datang tidak hanya untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan antarsesama dan dengan lingkungan. Maka, menjadi Muslim sejati berarti hadir secara aktif di tengah tantangan zaman, membawa nilai-nilai Islam yang universal: kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan kepedulian sosial.
Zaman terus berubah. Teknologi berkembang, budaya bercampur, dan tantangan moral semakin kompleks. Dalam kondisi seperti ini, kita perlu memperkuat pemahaman terhadap ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah, bukan hanya dari kebiasaan yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kita perlu menjadi Muslim yang berpikir kritis, terbuka, dan bukan yang mudah menghakimi atau hanya berpegang pada simbol.
Menjadi Muslim yang relevan juga berarti mampu menjawab persoalan-persoalan modern dengan perspektif Islam yang bijak dan mencerahkan. Misalnya, bagaimana Islam memandang keadilan sosial, lingkungan hidup, ekonomi berkelanjutan, hingga teknologi digital. Semua ini bisa dijawab dengan pendekatan Islam yang dinamis dan rahmatan lil ‘alamin.
Islam tidak pernah ketinggalan zaman. Yang sering ketinggalan adalah cara kita memahaminya. Maka, mari jadikan Islam sebagai inspirasi dalam berpikir, bertindak, dan berkarya di era modern ini. Islam bukan hanya identitas; ia adalah kompas yang membimbing arah hidup kita agar tetap bermakna dan bermanfaat.
Salam Hangat
Rumah Qur’an Ruhama
Nurfaizah